Sejak belajar Darussyifa’, banyak kali didedahkan berkaitan penggunaan air sebagai bahan rawatan. Air yang terbaik ialah air zam-zam, kemudian air hujan malam jumaat dan kemudian lagi air mineral biasa. Rawatan menggunakan air biasa digunakan dalam banyak penyakit ruhani atau jasmani sebagaimana yang disebut dalam buku-buku tulisan Ybhg Tuan Guru Dato’ Dr Haron Din. Antaranya penyakit yang berkaitan selsema, penyakit kulit, sakit kepala, sakit-sakit sendi, sakit perut, sakit dada dan banyak lagi.
Alhamdulillah, takdirnya malam ini sedang saya menyertai solat tarawih di Putatan, hujan turun, sekejap lebat dan sekejap renyai-renyai. Saya sempat mengirim sms kepada isteri agar menadah air hujan. Rupanya tidak lama saya balik, isteri mengatakan tiada hujan di luar rumah. Di rumah, sedang saya online, alhamdulillah hujan turun dengan lebatnya di luar rumah. Segera saya tadahkan air hujan dengan dua buah baldi, cuma sedikit kecewa rupanya baldi yang kedua itu sudah bocor di bahagian bawahnya.
Hanya orang berpesan, jika sudah lama tidak hujan, jangan tadah air hujan yang mula-mula turun itu. Biarkan dia turun sekitar 10-15 minit membersihkan udara yang kotor dan kemudian barulah kerja-kerja menadah air hujan dimulakan. Kata sahabat saya Razali, lebih baik menadah hujan yang langsung dari awan/langit berbanding yang jauh ke zink atau atap. Saya teringat pesan guru, bukan selalu hujan turun pada malam jumaat, justeru jika berkesempatan, jangan dibiarkan berlalu begitu saja.
Satu lagi, waktu hujan turun adalah waktu mustajabnya doa. Jadi, banyakkanlah berdoa.
Adakah air hujan berkhasiat dan boleh diminum?
Meskipun air hujan secara alamiah bersumber dari air bersih, minum air hujan yang belum diolah atau disaring dapat membawa risiko kesehatan. Air hujan dapat terkontaminasi oleh berbagai polutan dari udara dan permukaan atap atau permukaan lain tempat air tersebut jatuh. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk minum air hujan tanpa pengolahan meliputi:
1. **Kontaminan Atmosfer:** Air hujan dapat mengandung polutan seperti debu, polusi udara, zat kimia dari udara, dan partikel lainnya. Lingkungan sekitar, termasuk tingkat polusi udara, dapat memengaruhi kualitas air hujan.
2. **Polusi dari Atap:** Jika air hujan dikumpulkan dari atap atau permukaan yang mungkin terkontaminasi oleh limbah burung, debu, atau zat kimia lainnya, ini dapat mempengaruhi kualitas air tersebut.
3. **Pemrosesan Sebelumnya:** Jika air hujan disaring atau diolah sebelum digunakan, risiko kontaminasi dapat dikurangi. Namun, minum air hujan yang tidak diolah bisa berbahaya.
4. **Pencegahan Penyakit:** Minum air yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, penyakit kulit, atau penyakit perut.
Untuk keamanan, lebih baik memilih untuk minum air yang telah diolah atau disaring untuk menghilangkan potensi kontaminasi. Jika Anda berencana menggunakan air hujan untuk konsumsi, pertimbangkan untuk menggunakan sistem pengumpulan air hujan yang dirancang untuk keperluan tersebut dan lakukan pemrosesan atau penyaringan sebelum dikonsumsi. Jika Anda ragu tentang keamanan air hujan di wilayah Anda, sebaiknya konsultasikan dengan otoritas kesehatan setempat.